“I-iya. Aku nggak apa-apa, kok,” Balas
ku masih takjub melihat nya menghajar berandalan itu sendiri.
“Untung saja aku datang tepat waktu.”
“Terima kasih, ya. Maaf, aku sudah
bersikap nggak baik dengan mu tadi,” Ucap ku menyesal.
“Tidak apa-apa, kok.”
“Oia! Tadi kau memanggil ku dengan
sebutan ‘majikan’. Apa maksud nya?”
“Eh? Itu..”
Wajah
nya memerah. Seperti sedang memikir kan sesuatu, pria itu langsung memaling kan
wajah nya kearah lain. Dia masih tersipu. Wajah nya yang merah membuat nya
terlihat manis. Tunggu dulu! Ini bukan saat nya memikir kan hal itu. Payah!
“Jadi
kau belum tau siapa aku, ya, Ichi? Padahal ku kira hanya dengan merasakan aura
ku, kau bisa menebak siapa aku.”
“Aku bisa. Aura mu bukan aura seorang
manusia. Lalu kau hantu atau apa?”
“Nama ku Zeref. Aku adalah dewa
pelindung.”
“Dewa pelindung?”
“Iya. Aku baru tiba di bumi dua hari
yang lalu. Sebenar nya.. Aku sudah mengawasi mu saat aku turun ke bumi. Dan
sudah dua hari ini.. aku.. membuntuti mu.”
“Hee?”
“Maaf, atas ketidak sopanan ku! Tapi mau
kah kau jadi majikan ku?”
Zeref
langsung duduk bersimpuh di depan ku sambil menundukkan kepala nya. Jadi benar
dia dewa pelindung. Tapi, aku merasakan aura siluman dalam diri nya. Dia ini
sebenar nya dewa atau siluman, sih?
“Baiklah.
Jika kau memaksa,” Balas ku kemudian kembali menjadi diri ku. “Aku akan jadi
majikan mu.”
“Benar kah?”
“Iya, iya. Cerewet.”
“Terima kasih, nona!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar