Selain karna takut telat, aku juga gugup
menghadapi orang yang lembut seperti nya aku pun kabur dari nya. Berlari menuju
sekolah. Untung saja pintu gerbang sekolah belum di tutup. Itu berarti kali ini
aku nggak telat.
Tapi,
mengingat kejadian tadi seperti nya aku kelewat nggak sopan nya, deh. Aku, kan,
sudah mengganggu tidur nya. Tapi aku malah meninggal, kan, nya begitu saja. Aku
juga belum bilang ‘permisi’ pula. Payah!
“Ichi,
kau kenapa?,” Tanya Perona teman sekelas ku begitu aku menduduki kursi ku.
“Wajah mu terlihat pucat.”
“Nggak kenapa-kenapa. Aku hanya
kelelahan saja, kok,” Balas ku kemudian meletakkan wajah ku begitu saja di atas
meja.
“Seperti nya kau baru saja mengalami
kejadian buruk, ya, Ichi.”
“Yah, mungkin seperti itu.”
Karna
nggak mau merusak hari ku, aku pun memutus kan untuk melupakan pria itu. Yah,
setidak nya aku bisa melupakan nya untuk beberapa saat. Aku benar-benar nggak
tau harus bagaiamana kalau misal nya aku bertemu lagi dengan nya.
Kira-kira
dia marah nggak, ya? Ah, nggak mungkin. Kalau di lihat dari wajah dan cara
bicara nya, seperti nya dia orang yang penyabar. Iya. Mungkin aku nggak perlu
mengkhawatir kan soal itu lagi. Toh, kejadian itu juga nggak sengaja. Bel
istirahat pun berbunyi.
“Ichi,
sepulang sekolah belajar bareng, yuk?,” Ajak Perona. “Ada Judai juga soal nya.”
“Um~ bagaimana, ya?,” Aku pun mulai
menerawang kea rah langit-langit, mencoba mengingat sesuatu.
“Kau ada acara sepulang sekolah, Ichi?,”
Tanya Judai sambil menatap ku bingung. “Kalau ada acara, sih, Perona bisa
belajar bersama dengan ku.”
“Maaf, aku baru ingat kalau hari ini aku
harus membantu kakak ku,” Ucap ku menyesal.
“Oh, nggak apa-apa. Kalau begitu aku
belajar nya bareng Judai saja,” Balas Perona.
“Maaf, ya.”
“Kenapa harus minta maaf?,” Sahut Judai.
“Aneh, deh.”
“Ehehehehee~”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar