Rasa nya seperti tersambar petir. Aku
nggak bisa menggerakkan tubuh ku begitu kerumunan murid perempuan di depan ku
menatap tajam kerah ku. Aduh, kenapa hal yang paling ku takut kan terjadi.
Pria
yang memakai baju seperti biksu itu berjalan mendekati ku. Senyum kecil di
bibir nya membuat pria berambut hitam itu terlihat semakin menarik di mata
kerumunan di sekitar nya. Dan itu akan jadi malapetaka untuk ku.
“Ichi,
rupa nya kau ada di tempat seperti ini, ya?,” Ucap nya lirih dengan senyum
kecil yang masih bertahan di bibir nya.
“Se-sedang apa kau di sini?,” Sahut ku
gugup karna kondisi ku yang makin nggak aman ini.
“Tentu saja mencari mu,” Balas nya
langsung. “Aku ingin bertemu dengan…”
“Jangan dekati akuuuu~~!!”
“I-Ichi?”
Karna
takut di keroyok banyak anak, aku memilih jalan untuk pergi dari tempat
kejadian. Melakukan penyelamatan diri lebih penting dari pada rasa bahagia ku
begitu mendengar alasan nya. Setidak nya dia nggak marah, aku pun lega. Tapi
seperti nya aku punya masalah lebih besar sekarang.
Karna
takut dia akan menemukan ku, aku langsung berlari ke arah gang kecil untuk
bersembunyi. Saking takut nya aku sampai-sampai nggak memperhatikan langkah ku
sehingga…
“Aduh!,”
Tiba-tiba
saja tubuh ku menabrak sesuatu yang keras. Tubuh ku sedikit terpental
kebelakang kemudian jatuh terduduk. Dengan kepala yang masih terasa pusing, aku
mencoba mengangkat kepala ku untuk melihat apa yang baru saja ku tabrak.
“Hoo..
Kau kenapa nona manis? Kenapa terlihat
terburu-buru begitu?”
Gawat!
Niat nya mau bersembunyi malah kena masalah. Padahal aku belum dapat kunci
langit nya. Cih! Melawan pun percuma. Jumlah mereka banyak, sudah begitu mereka
bawa senjata pula. Bagaimana aku bisa menang kalau begini?
“Ada
apa nona manis? Wajah mu terlihat pucat sekali?,” Salah seorang dari kerumunan
berandalan ini kemudian menarik tangan ku.
“Biar wajah mu nggak pucat main dengan
kami saja, yuk?,” Pria satu nya pun nggak mau kalah dan langsung menyeret ku ke
ujung gang.